Bisnis Thrift Shop Makin Diminati Anak Muda Makassar–Gowa, Omzet Puluhan Juta per Bulan

Celana yang dipajang tokoh Cemma.id dan Cakar Andalan Makassar 

AMANAH INDONESIA, MAKASSAR  — Tren pakaian bekas impor atau thrift shop yang akrab disebut baju cakar terus menunjukkan pertumbuhan signifikan di wilayah Makassar dan Gowa. 

Fenomena ini menjadikan thrift shop sebagai alternatif belanja favorit masyarakat, khususnya generasi muda, di tengah harga pakaian baru yang kian melambung.

Selain menawarkan harga yang lebih terjangkau, thrift shop juga diminati karena model pakaian yang unik, bergaya vintage, dan tidak pasaran. 

Dalam dua tahun terakhir, kemunculan berbagai toko thrift di Makassar–Gowa bahkan membentuk ekosistem ekonomi baru yang melibatkan pelaku usaha, konsumen, hingga kalangan akademisi.

Salah satu toko thrift yang cukup ramai dikunjungi adalah Cemma.id di Kota Makassar. Berdasarkan pengamatan di lapangan, toko ini menata ribuan pakaian bekas impor secara rapi dan bersih, mencerminkan pengelolaan usaha yang lebih modern dibandingkan lapak thrift konvensional.

Mey, staf pengelola Cemma.id, mengatakan meningkatnya minat masyarakat terhadap thrift shop tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.

“Sekarang ekonomi tidak stabil. Orang berpikir ulang membeli baju baru karena mahal, jadi thrift jadi pilihan karena lebih murah dan masih layak pakai,” ujarnya.

Dari sisi harga, Cemma.id menawarkan pakaian dengan kisaran Rp5.000 hingga Rp100.000, tergantung jenis dan kondisi barang. Kaos sederhana dijual dengan harga terendah, sementara jaket, sweater, dan pakaian bermerek dibanderol lebih tinggi.

Dengan rata-rata 30 hingga 50 pembeli per hari dan estimasi belanja Rp30.000–Rp50.000 per orang, omzet harian Cemma.id diperkirakan mencapai Rp900.000 hingga Rp2,5 juta. Dalam sebulan, omzet toko ini bisa menyentuh Rp27 juta hingga Rp75 juta, bergantung pada ketersediaan stok dan tingkat kunjungan.

Perkembangan serupa juga terlihat di Kabupaten Gowa melalui Cakar Andalan Makassar, toko thrift yang dikelola Jalil Hamza. Ia menilai bisnis baju cakar memiliki daya tarik ekonomi yang cukup besar karena margin keuntungannya relatif tinggi. “Salah satu usaha yang marginnya tinggi,” kata Jalil.

Berbeda dengan Cemma.id, Jalil mengaku tidak menerapkan strategi pemasaran khusus dan lebih mengandalkan pembeli yang datang langsung ke toko.“Strateginya tradisional, mengalir saja,” ujarnya.

Harga pakaian di Cakar Andalan Makassar relatif seragam, berkisar antara Rp25.000 hingga Rp50.000 per item. Produk yang dijual meliputi kaos, kemeja, celana, hingga jaket bekas impor yang masih layak pakai.

Dengan estimasi 20–40 pembeli per hari dan rata-rata pembelian satu hingga dua item, omzet harian toko ini diperkirakan berada di kisaran Rp500.000 hingga Rp2 juta. Sementara omzet bulanan dapat mencapai Rp15 juta hingga Rp60 juta, meski bersifat fluktuatif karena ketergantungan pada pasokan barang.

Meski berkontribusi membuka lapangan kerja, Jalil mengakui kesejahteraan tenaga kerja masih menjadi tantangan. “Gaji karyawan sekitar satu jutaan, masih kecil,” ungkapnya.

Tantangan lain yang dihadapi pelaku usaha thrift adalah ketidakstabilan stok akibat proses impor pakaian bekas yang belum sepenuhnya sejalan dengan regulasi.“Bukan ilegal menjualnya, tapi proses impornya yang bermasalah,” jelas Jalil.

Dari sisi konsumen, thrift shop tidak hanya diminati karena harga murah. Mitha, salah satu pembeli, mengaku tertarik karena model pakaian yang unik dan bernuansa vintage. “Modelnya tidak pasaran,” katanya.

Hal serupa diungkapkan Andi Ilmi yang menilai pengalaman berbelanja thrift shop memiliki daya tarik tersendiri. “Seperti berburu harta karun,” ujarnya.

Sementara itu, Echa, pembeli di Cakar Andalan Makassar, menilai kualitas pakaian yang dijual cukup baik, meski aspek kebersihan tetap perlu diperhatikan.“Bajunya bagus, tapi harus dicuci dulu sebelum dipakai,” katanya.

Fenomena thrift shop juga mendapat perhatian kalangan akademisi. 

Dosen Manajemen Universitas Terbuka Makassar, Andi Rinda Oktariani S.Pd., M.M., menilai usaha thrift merupakan bagian dari ekonomi kreatif yang membuka peluang usaha bagi masyarakat dengan modal terbatas. 

Namun, ia mengingatkan bahwa dominasi pakaian bekas impor berpotensi menekan industri garmen lokal jika tidak diimbangi dengan regulasi yang jelas dan berimbang.

Perkembangan thrift shop di Makassar–Gowa mencerminkan dinamika ekonomi urban yang kompleks. Di satu sisi, bisnis ini membuka peluang ekonomi dan lapangan kerja, namun di sisi lain menghadirkan tantangan terkait regulasi impor, kesejahteraan tenaga kerja, serta keberlangsungan industri lokal.

Fenomena ini menjadikan thrift shop bukan sekadar tren, melainkan isu sosial ekonomi yang layak mendapat perhatian lebih lanjut.

*Laporan: Dias Natasyah War’afny 

Baca Juga
Berita Terbaru
  • Bisnis Thrift Shop Makin Diminati Anak Muda Makassar–Gowa, Omzet Puluhan Juta per Bulan
  • Bisnis Thrift Shop Makin Diminati Anak Muda Makassar–Gowa, Omzet Puluhan Juta per Bulan
  • Bisnis Thrift Shop Makin Diminati Anak Muda Makassar–Gowa, Omzet Puluhan Juta per Bulan
  • Bisnis Thrift Shop Makin Diminati Anak Muda Makassar–Gowa, Omzet Puluhan Juta per Bulan
  • Bisnis Thrift Shop Makin Diminati Anak Muda Makassar–Gowa, Omzet Puluhan Juta per Bulan
  • Bisnis Thrift Shop Makin Diminati Anak Muda Makassar–Gowa, Omzet Puluhan Juta per Bulan
Posting Komentar
Ad
Ad
Tutup Iklan