Sate Makassar: Jejak Rasa di Kota Daeng
![]() |
| Sate Makassar |
AMANAH INDONESIA, MAKASSAR -- Sate bukan sekadar potongan daging yang ditusuk dan dibakar di atas bara. Ia menyimpan kisah panjang tentang cita rasa, tradisi, dan perjalanan lintas generasi.
Di antara beragam jenis sate Nusantara—dari Sate Padang yang pedas berempah hingga Sate Maranggi yang manis berlemak—Sate Makassar punya cerita sendiri yang tak kalah menggugah.
Sate ini hadir dengan karakter kuat: daging sapi dan ayam pilihan yang diolah dengan bumbu khas serta cara bakar yang menciptakan aroma asap memikat. Hampir tak ada penjual Sate Makassar yang menggunakan daging kambing. Cita rasanya sederhana, tapi punya daya pikat yang khas dan sulit ditiru.
Jejak Asal dari Botolempangan
Asal-usul Sate Makassar di Kota Daeng mungkin tak tercatat pasti. Namun jauh sebelum pedagang Sate Madura menjamur di setiap sudut kota, aroma daging bakar khas Makassar sudah lebih dulu menebar dari gerobak sederhana di pinggir jalan.
Dan siapa sangka, banyak di antara para penjual sate legendaris itu berasal dari Desa Botolempangan, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros.
Hampir semua penjual Sate Makassar di kota ini punya akar dari desa tersebut. Tak jarang, mereka masih saling berkeluarga.
Dari satu kampung kecil di Maros lahirlah para peracik sate ulung yang membawa resep turun-temurun ke jantung Kota Daeng.
Mungkin inilah rahasia kenapa cita rasa Sate Makassar nyaris tak berubah selama puluhan tahun — ia dijaga bukan hanya dengan keterampilan, tapi juga ikatan darah dan cinta keluarga.
Salah satu ikon keotentikan itu adalah Sate Labuang Baji. Kini dikelola oleh generasi kedua, warung ini bukan sekadar tempat makan — tapi ruang kenangan bagi warga Makassar.
Resepnya tetap sama seperti di masa H. Arsyad Gulung dulu: daging segar yang dibakar di atas arang hingga sedikit gosong di pinggir, menghasilkan aroma smokey khas Makassar.
Setelah matang, sate disiram bumbu kacang sangrai yang kental, gurih, dan sedikit manis.
Setiap gigitan menghadirkan harmoni rasa yang membuat siapa pun sulit melupakannya.
Tak heran jika pelanggan lama datang kembali bersama anak dan cucu mereka. Di sana, sate bukan sekadar santapan, tapi simbol cinta dan kontinuitas — warisan rasa lintas generasi.
Di tengah menjamurnya restoran modern dan menu cepat saji, Sate Labuang Baji tetap bertahan dengan kesederhanaannya.
Tak ada papan neon mencolok atau kursi empuk berlapis kulit. Hanya meja kayu, asap arang, dan tawa pengunjung yang menikmati setiap tusuk sate dengan lahap.
Mungkin di situlah rahasianya — resep sederhana yang dijaga dengan cinta, mampu bertahan melawan waktu.
Pilihan Menu Favorit
Porsi Besar (Rp43.000)
10 tusuk sate sapi atau ayam + lontong
Porsi Sedang (Rp23.000)
10 tusuk sate + lontong
Porsinya pas dinikmati malam hari, baik di tempat maupun dibawa pulang. Banyak pelanggan bahkan memilih menyantapnya di mobil sambil menikmati aroma arang yang menggoda.
Apa Kata Pelanggan
Di laman ulasan Google, pelanggan setia seperti Erma Irawati menulis. “Yang tidak pernah terlewatkan saat ke Makassar: Sate daging Labuang Baji.Dagingnya empuk, potongan besar, rasanya manis gurih. Lontongnya juga lembut dan lumer di mulut 👍😉.”
Tak sedikit yang bahkan berani membandingkan dengan sate terkenal dari daerah lain. “Rasanya lebih enak!” tulisnya dengan bangga.
Ulasan seperti ini jadi bukti bahwa Sate Labuang Baji bukan sekadar tempat makan, melainkan bagian dari pengalaman khas Makassar yang diwariskan lintas generasi.
Dari gerobak kecil di perempatan Jalan Ratulangi hingga menjadi ikon malam di Landak Lama, perjalanan panjang H. Arsyad Gulung dan keluarganya adalah bukti cinta pada rasa dan tradisi.
Kini di tangan generasi kedua, Udin Arsyad, bara arang itu tetap menyala, menjaga cita rasa, kehangatan, dan semangat keluarga yang tak pernah padam.
Informasi Singkat
- Lokasi: Jl. Landak Lama, depan IGD RS Labuang Baji, Makassar
- Jam Buka: Menjelang magrib – tengah malam
- Menu Andalan: Sate sapi & sate ayam
- Dikelola oleh: Udin Arsyad (putra H. Arsyad Gulung)
- Website: satelabuangbaji.my.i
Bagi siapa pun yang berkunjung ke Makassar, menikmati Sate Labuang Baji bukan sekadar urusan kuliner.
Ia adalah perjalanan kecil menyelami identitas kota, menyapa sejarah, dan merasakan warisan rasa yang tak pernah pudar.
.webp)